Senin

BUDIDAYA TANAMAN MELON



BUDIDAYA TANAMAN MELON


I. PENDAHULUAN
   Tanaman Melon ( Cucumis melo, L ) merupakan tanaman buah, dari familia Cucurbitae. Pada abad ke 14 melon dibawa ke Amerika oleh Columbus, sampai akhirmya tersebar keseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan sub tropis termasuk Indonesia, karena mudah beradaptasi dan dapat di tanam di dataran rendah dan tinggi. Tanaman melon akan menghasilkan dengan mutu yang baik, tergantung dari : keuletan, ketekunan, kesabaran serta modal yang tersedia, karena melon memerlukan perawatan khusus sesuai selera konsumen. Buah melon dimanfaatkan sebagai buah segar dengan kandungan vitamin yang cukup tinggi.

Sentra Penanaman
Sebelum tahun 1980, buah melon masih diimpor, kemudian dicoba untuk dibudidayakan di Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung). Selanjutnya melon berkembang di daerah- daerah termasuk eks karesidenan Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten)

II. SYARAT TUMBUH
1. IKLIM
• Angin yang bertiup cukup kencang, dapat merusak pertanaman, dapat mematahkan tangkai daun, tangkai buah bahkan batang tanaman.
• Hujan yang terus-menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk dan dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi pathogen. Saat melon menjelang panen, hujan dapat mengurangi kadar gula dalam buah.
• Tanaman memerlukan suhu untuk perkecambahan 250 – 350 C. Untuk pertumbuhan : 200 – 300 C. Saat proses pemasakan buah 260 C pada siang hari, dan 160 C pada malam hari. Tanaman tidak dapat tumbuh apabila suhu < 180 C. Sehingga tanaman memerlukan sinar matahari penuh 10 – 12 jam / hari selama pertumbuhannya.
• Kelembaban udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan, pada kelembaban yang tinggi, tanaman melon mudah diserang penyakit. Kelembaban yang ideal antara 70 % - 80 %.

2. Ketinggian Tempat
Tanaman melon dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 300 – 900 meter dari permukaan laut.Ketinggian > 900 meter tidak berproduksi secara optimal.

3. Media Tanaman
• Tanah yang baik untuk budidaya melon adalah liat berpasir yang kaya bahan organik, dengan drainase yang baik pula, sebab tanaman tidak menyukai tanah yang terlalu basah. Pada dasarnya membutuhkan air yang cukup banyak, tetapi sebaiknya air dari irigasi, bukan dari air hujan.
• Tanah yang baik untuk tanaman melon adalah bekas tanaman padi, jagung dan tebu.
• Tidak baik ditanam pada tanah yang asam secara terus-menerus. Melon akan tumbuh baik pada pH 5,8 – 7,2

III. PERSIAPAN TANAM
1. Persemaian benih
a. Cara dan waktu penyemaian
• Benih yang akan disemaikan, direndam air selama 2 – 4 jam. Kemudian benih disemaikan pada plastik yang telah diisi tanah yang telah di semprot pupuk Star Bionic
• Benih disemai dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah, kemudian ditutup dengan campuran abu sekam dan tanah (2 : 1 )
• Untuk merangsang perkecambahan benih, dengan menciptakan suasana hangat, maka tutuplah permukaan persemaian dengan karung goni basah. Apabila kecambah telah muncul ke permukaan media semai (biasanya hari ke-3 atau ke -4) maka karung goni dapat segera dibuka.
b. Pembuatan media semai
• Pembuatan media semai dengan mencampurkan tanah, pasir dan  pupuk Star bionic dengan perbandingan ( 1 : 1 : 1 )

2. Pemeliharaan persemaian
Benih yang disemai dalam polybag akan tumbuh menjadi calon bibit haruslah dipelihara agar menjadi bibit melon yang kekar dan sehat.
a. Cara dan waktu penyiraman
• Bibit disiram setiap hari, untuk penyiraman digunakan tangki semprot. Apabila daun sejati keluar, baru penyiraman dapat dilakukan dengan gembor.
• Saat cuaca panas, tanah dalam polybag kering, maka penyiraman perlu dilakukan pada sore hari.
b. Penjarangan
• Tujuan penjarangan untuk menyiapkan bibit yang sehat dan kekar siap untuk ditanam.
• Penjarangan dilakukan 3 hari sebelum penanaman bibit di lapangan.
c. Pemupukan di persemaian
• Untuk pertumbuhan vegetatip, bibit dapat dipacu dengan penyemprotan pupuk Chaparions saat bibit umur 7 – 9 hari setelah sebar, dengan konsenrasi 1 tutup = 5 liter air. (cukup satu kali)

3. Pemindahan bibit
Bibit melon dipindahkan ke lahan apabila sudah berdaun 4 – 5 helai atau bibit telah berumur 10 – 12 hari. Caranya kantong plastik disilet dengan cutter, jangan sampai akarnya rusak, tanah sedikit dipadatkan dengan dikepal tangan, terus bibit ditanam pada bedengan.



4. Pengolahan media tanam / Pembukaan lahan
a. Pembajakan : lahan yang akan dibajak harus digenangi air, selama semalam, cukup sekali bajak dengan kedalaman 30 cm.
b. Setelah lahan dibajak semua, kemudian dibuat bedengan-bedengan tanam.
5. Pembuatan bedengan tanam
• Ukuran bedengan adalah : lebar (100 – 110 cm ), Tinggi (30 – 50 cm), Panjang maksimum (12 – 15 m ), lebar parit/saaluran (55 – 65 cm).
• Pada musim hujan, tinggi bedengan 50 cm, agar perakaran tanaman tidak terendam air hujan, dan di musim kemarau tinggi bedengan cukup 30 cm.
• Setelah bedengan jadi, semprotkan pupuk organik Star Bionic secara merata
6. Pemasangan mulsa plastik hiam-perak (PHP)
• Sebelum pemasangan mulsa PHP, bedengan diairi (dileb) agar tanahnya lunak. Pemasangan mulsa sebaiknya dilakukan pada siang hari, agar plastik mudah ditarik dan merata.
• Caranya : warna perak di atas dan warna hiam di bawah, diperlukan 2 orang untuk memasang satu bedengan. Tariklah kedua ujung mulsa pada bedengan, kaitkan salah satu ujungnya pada bedengan menggunkan penjepit mulsa dari tutus bambu agar lebih kuat. Setelah kedua ujung mulsa
terkait, dengan cara bersamaan tariklah mulsa pada kedua sisi bedengan setiap meternya secara bersamaan terus dijepit dengan pasak tutus bambu.
• Setelah selesai pemasangan mulsa, bedengan dibiarkan 3 – 5 hari sebelum dibuat lubang tanam. Tujuannya agar pupuk yang diberikan dapat berubah menjadi bentuk tersedia bagi akar tanaman.
 
7. Pembuatan lubang tanam
Untuk membuat lubang tanam dengan menggunakan alat khusus berdiameter + 8 cm, dibuat sedemikian rupa hingga panas yang ditimbulkan dari arang yang dibakar mampu melubangi mulsa dengan cepat. Sekaligus jarak lubang disesuaikan jarak tanam yaitu 70 x 60 atau 80 x 60 cm.
8. Cara penanaman
• Setelah bibit di persemaian berdaun 2 – 3 lembar, (umur + 15 hari) bibit siap ditanam.
• Untuk memudahkan penanaman, maka saluran antar bedengan diairi dahulu.
• Bibit dikeluarkan dari polybag dengan disilet (catter) jangan sampai akarnya rusak, diletakkan pada lubang yang telah ditugal, penanaman dilakukan dengan posisi + 2 cm lebih dalam dari leher akar semula.

IV. PEMELIHARAAN TANAMAN
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan dalam waktu 2 minggu setelah tanam, Dan dilakukan pada sore hari, selama 3 – 5 hari karena kemungkinan dalam seminggu pertama masih ada tanaman yang perlu disulam. Bibit sulaman baru harus disiram air agar akarnya melekat.
2. Penyiangan
Pada budidaya melon sistem mulsa, penyiangan dilakukan pada lubang tanam di antara dua bedengan. Gulma yang tidak dibersihkan menyebabkan lingkungan tanaman menjadi lembab, sehingga merangsang adanya penyakit. Gulma juga dapat sebagai inang hama dan nematode yang merugikan.
3. Pemupukan
Pemupukan diberikan tiga kali yaitu : pertama 20 hari setelah tanam, kedua 40 hari setelah tanam (ketika akan melakukan penjarangan buah) ketiga 60 hari setelah tanam.

4. Pengairan
• Tanaman melon menghendaki udara yang kering untuk pertumbuhannya, tetapi tanah harus lembab. Pengairan dilakukan pada sore atau malam hari.
• Tanaman disiram sejak masa pertumbuhan sampai tanaman akan dipetik buahnya. Saat menyiram jangan sampai air membasahi daun dan buahnya, untuk mencegah terjangkitnya penyakit yang berasal dari percikan terutama jamur.
• Masa berbunga dan berbuah, penyiraman dikurangi (+ 2 minggu), tetapi saluran air/got tidak boleh kering. Mendekati pemetikan buah ( 2 minggu sebelum panen) siraman air dihentikan.



5. Pemeliharaan lain
a. Pemasangan ajir
Ø Tanaman melon mempunyai jumlah cabang antara 15 – 20. Maka setelah tanaman mengeluarkan sulur segera diberi ajir.
Ø Ajir atau tongkat dari bilahan bambu, untuk rambatan sulur kira-kira tingginya 50 cm. dipasang setelah selesai membuat pembumbunan. Tinggi ajir 1,5 – 2 meter, dengan jarak 25 cm dari pinggir guludan kanan maupun kiri. Penancapannya agak menyilang kedalam ( 2 ajir ditali) dan digapit kuat.
b. Pemangkasan
Ø Setelah tanaman berdaun 7 – 8 helai mulailah diadakan pemangkasan. Tunas yang tumbuh pada ketiak daun pertama sampai kelima dipangkas.

Ø Tunas yang tumbuh setelah ruas ke-8 dipangkas dengan tetap menyisakan 2 helai daun.
Ø Bila batang utama sudah mencapai 20 – 25 ruas, lakukan pangkas pucuk. Waktu yang tepat untuk melakukan pemangkasan adalah saat udara cerah dan kering.
c. Seleksi dan pembungkusan buah
Ø Pelihara 3 – 4 calon buah pada setiap tanamaan, terutama yang tumbuh pada cabang ke 10 sampai ke 17.
Ø Setelah calon buah sebesar telur ayam, pilih 2 calon buah yang paling baik/bagus yaitu yang berbentuk bulat agak lonjong, sedangkan sisanya dibuang .
Ø Bila buah sudah sebesar bola tenis, cabang buahnya diikat pada ajir dengan tali rafia.



V. HAMA DAN PENYAKIT
A. Hama
1. Kutu Aphids (Aphis gossypii G )
• Ciri : hama ini mengeluarkan getah cairan yang mengandung madu dan jika dilihat dari kejauhan mengkilat. Aphids muda berwarna kuning, yang dewasa mempunyai sayap berwarna agak kehitaman.
• Gejala serangan : daun menggulung dan pucuk tanamaan menjadi kering akibat cairan daun dihisapnya.

2. Thrips (thrips parvispinus K )
• Ciri : hama menyerang mulai fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfa berwarna kekuning-kuningan, dan thrips dewasa berwarna coklat kehitaman. Berkembang biak secara cepat secara parthenogenesis. Biasanya serangan mengganas di musim kemarau.
• Gejala : daun-daun muda dan tunas-tunas baru menjadi keriting, dan bercaknya kekuningan, tanaman kerdil serta tiddak dapat membentuk buah secara normal.

B. Penyakit
1. Layu bakteri
 • Penyebab : bakteri Erwinia tracheiphila. Penyakit ini dapat disebarkan dengan perantara kumbang daun oteng-oteng.
• Gejala : daun dan cabang layu dan terjadi pengkerutan pada daun, warna daun menguning, mongering akhirnya mati. Daun layu satu persatu, meskipun warnanyya tetap hijau, baru tanaman layu secara keseluruhan. Apabila batang dipotong melintang, akan mengluarkan lender putih kental dan lengket bahkan dapat ditarik seperti benang.

2. Penyakit busuk pangkal batang
• Penyebab : cendawan Mycopharkka melonis .
• Gejala : pangkal batang yang terserang mula-mula seperti tercelup minyak kemudian keluar lender berwarna coklat dan kemudian tanaman layu dan mati. Daun yang terserang akan mongering apabila diremas seperti kerupuk dan berbunyi kresek-kresek apabila diterpa angin.

VI. P A N E N DAN PASCA PANEN
A. PANEN
Ciri-ciri atau tanda buah yang telah siap panen atau masak :
• Saat buah masak, warna kulit berubah dri hijau muda kekuning-kuningan atau tergantung jenisnya.
• Pada jenis yang ber-net, net telah penuh dan sempurna, aroma wangi dengan kematngan 90 %.
• Terbentuk lapisan pemisah pada tangkai buah atau cincin
• Sekitar tangkai dan kelopak mulai menguning, disekitar bila ditekan agak lunak.
• Biasanya buah melon dapat dipetik setelah umur 3 bulan setelah tanam, tergantung jenisnya, dan tinggi tempat.

B. Cara panen
• Potong tangkai buah melon dengan pisau tajam, sisakan minimal 2 cm untuk memperpanjang masa simpan buah.
• Tangkai dipotong berbentuk hurub “ T” maksudnya agar tangkai buah utuh dan kedua sisi atasnya merupakan tangkai daun yang telah dipotong daunnya.
• Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap dipanen..

C. Periode panen
• Seandainya dalam jangka waktu 3 – 5 bulan mendatang harga melon diramalkan akan jatuh, maka alernatif untuk rotasi tanaman bekas melon untuk tanam cabai. Karena lahan yang tersedia tidak perlu diubah, maka mulsa plastik dibuka dan pemupukan untuk cabe dapat dilakukan.
• Bila dalam waktu 4 bulan berikutnya ramalan harga melon akan meningkat, maka lahan bekas ditanami padi lebih baik, karena dapat memutus siklus hama dan penyakit pada tanaman melon.

D. Pasca panen
• Buah melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu tempat yang kering, sejuk dan diberi alas jerami, dan segera disortir (grading)
• Bila akan diangkut jarak jauh, buah perlu diberi alas dan kotak, agar mengurangi kerusakan akibat terbentur, cacat fisik, untuk konsumsi pasar swalayan.

Budidaya Tomat

BUDIDAYA TOMAT
  





Syarat Tumbuh
Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 01.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu siang hari 24°C dan malam hari antara 15°C20°C. Pada temperatur tinggi (diatas 32°C) warna buah tomat cenderung kuning, sedangkan pada temperatur yang tidak tetap (tidak stabil) warna buah tidak merata. Temperatur ideal antara 24 °C 28°C. Curah hujan antara 750125 mm/tahun, dengan irigasi yang baik.
Kemasaman tanah sekitar 5.5 6.5, penyerapan unsur hara terutama fosfat, kalium dan besi oleh tanaman tomat.

Penyiapan Lahan
Lahan yang akan ditanami tanaman tomat diusahakan bukan bekas tanaman sefamili seperti kentang, bedengan dengan lebar 110 120 cm, tinggi 50 60 cm, dan jarak antar bedengan 50 60 cm, Kemudian semprotkan STAR BIONIC secara merata pada permukaan bedengan dengan tehnik sembrot mengembun dan biarkan selama 3 hari. Kemudian bibit siap untuk di tanam.

                                                PEMELIHARAAN
Pemupukan
 1. Pemupukan dengan pupuk organic plus multiguna CHAPARIONS
Pengulangan pemberian pupuk pada masa pemeliharaan adalah setiap 3 minggu sekali dengan dosis yang di anjurkan
seperti yang tertera pada kemasan.
 
2. Pemupukan dengan pupuk organik plus multifungsi SWARILLAND yang diberikan 2 kali, yaitu pada 710 hari Setelah tanam dan pada usia 35 hari. Dosis pupuk pada masing-masing daerah berlainan, 
tergantung dari jenis tanah dan tekstur tanah.
3. Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP)
   Beberapa keuntungan penggunaan mulsa plastik yaitu :
a.Mengurangi fluktuasi suhu tanah.
b.Mengurangi evaporasi tanah, sehingga kelembaban tanah dapat dipertahankan.
c.Mengurangi kerusakan (erosi) tanah karena air hujan.
d.Menekan pertumbuhan gulma, mengurangi pencucian hara terutama Nitrogen dan meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah.
e.Mengurangi serangan hama pengisap (Thrips, tungau dan kutu daun) dan penyakit tular tanah (rebah kecambah dan akar bengkak).
 4. Pemasangan Turus, Pemasangan turus dimaksudkan agar tanaman dapat tumbuh tegak, mengurangi kerusakan fisik tanaman, memperbaiki pertumbuhan daun dan tunas serta mempermudah penyemprotan pestisida dan pemupukan.
 5. Pemangkasan, Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil buah tomat adalah dengan cara pemangkasan. Pemangkasan cabang dengan meninggalkan satu cabang utama per tanaman akan menghasilkan buah tomat dengan diameter yang lebih besar dibandingkan dengan . tanpa pemangkasan. Jumlah cabang yang harus dipertahankan per tanaman tergantung pada kultivar yang ditanam.

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT YANG BENAR
Tanaman tomat memerlukan air dalam jumlah yang banyak untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Semakin sering frekuensi pemberian air semakin baik pula sifat fisik buah tomat yang dihasilkan.
Panen
•Panen pertama dilakukan saat berumur 3 bulan.
•Dipilih yang sudah tua dan jangan memetik yang masih basah, karena tidak tahan lama.
•Buah jangan jatuh.
•Buah jangan terluka.

HAMA DAN PENYAKIT

1.UlatTanah (AgrotisipsilonHufn.)
Ordo : Lepidoptera, Famili : Noctuidae
Gejala :
Terpotongnya pangkal batang tanaman muda yang baru ditanam di lapangan, menyebabkan tanaman roboh terpotong sering terjadi awal musim kemarau.
Ulat tanah ini bersifat polifag, sehingga mempunyai banyak tanaman inang seperti tomat, kentang, cabe, kubis, jagung dll yang masih muda.

Pengamatan
•Pengamatan dilakukan pada 10 % populasi tanaman,

Pengendalian
•Cara kultur teknis
-Penanaman bibit tanaman yang toleran atau resisten terhadap serangan ulat tanah.
•Cara fisik dan mekanis dengan sanitasi disekitar tanaman,mengumpulkan dan membunuh ulat langsung,
•Cara biologis
-Memanfaatkan musuh alami parasitoid, seperti Apanteles ruficrus dan Tritaxys braueri.
-Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif.
•Cara kimiawi
Apabila cara pengendalian lainnya tidak mampu menekan populasi serangan ulat tanah, aplikasi insektisida selektif dan efektif sesuai dosis/ konsentrasi yang direkomendasi.

2.Ulat Buah (Helicoverpa armigera Hubn.)
a.Gejala
•Ulat melubangi buah, buah yang terserang menjadi busuk dan jatuh ke tanah.
b.Pengamatan
•Pengamatan dilakukan pada 10 % populasi tanaman,.
c.Pengendalian
Cara kultur teknis
Cara fisik dan mekanis
Cara biologis
−Memanfaatkan musuh alami parasitoid, predator dan patogen.
−Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif
Cara kimiawi
 aplikasi insektisida selektif dan efektif sesuai dosis/ konsentrasi yang direkomendasi.

3.Kutu Kebul (Bemisia tabaci Genn.)
Ordo : Homoptera Famili : Aphididae
Gejala•Berupa bercak nekrotik pada daun yang disebabkan oleh rusaknya selsel dan jaringan daun dihisap nimfa dan serangga dewasa,merupakan vektor TLCV ( Tomato Leaf Curl Virus)
Pengamatan
•Pengamatan dilakukan pada 10 % populasi tanaman,.
Pengendalian
•Cara kultur teknis
•Cara fisik dan mekanis
•Cara biologis
Memanfaatkan musuh alami parasitoid seperti Encarsia sp., dan predator seperti Scymnus, sp., Menochillus sp., dan Amblyseius sp.
Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif.
•Cara kimiawi
Aplikasikan insektisida selektif dan efektif sesuai dosis/ konsentrasi yang direkomendasi.

4.Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Gejala
•ulat grayak menyerang epidermis dengan meninggalkan bagian atas daun hingga barupa bercak
bercak putih menerawang. Serangan larva dewasa menyebabkan daun sampai berlubang, bahkan sampai tulang daun.
Pengamatan
•Pengamatan dilakukan pada 10 % populasi tanaman.
c.Pengendalian
•Cara kultur teknis
•Cara fisik dan mekanis
•Cara biologis
−Memanfaatkan musuh alami parasitoid, seperti Telenomus spodopterae Dodd (Sceliomidae), Micropitis similes (Eulopidae) dan Peribaea sp. (Tachinidae).
−Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif.
Cara kimiawi
Aplikasi insektisida selektif dan efektif sesuai dosis/ konsentrasi yang direkomendasi.

2. Penyakit
Layu Bakteri
Penyebab : Bakteri (Ralstonia solanacearum)
Gejala
•Daun layu disertai dengan warna menguning, diawali dari salah satu pucuk daun atau cabang tanaman, umumnya terjadi pada tanaman berumur sekitar 6 minggu.
•Gejala lanjut daun layu secara menyeluruh dan berwarna coklat diikuti dengan matinya tanaman.
•Bila batang tanaman terserang dipotong akan tampak garis vaskuler berwarna
gelap, bila potongan batang tersebut dimasukkan ke dalam air bening akan mengeluarkan eksudat berupa lendir berwarna putih keabuabuan. Pada fase serangan ringan keadaan tersebut tidak tampak.
•Eksudat dapat ditemukan pada akar ditandai dengan menempelnya tanah pada bagian akar tersebut.
•Kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan patogen adalah suhu 27°C, cuaca kering dan curah hujan yang banyak.
Pengamatan
•Pengamatan dilakukan pada 5 % populasi tanaman, jika di pertanaman terdapat gejala serangan.
Pengendalian
•Cara kultur teknis
•Cara fisik dan mekanis
•Cara biologis
−Memanfaatkan musuh alami patogen antagonis, seperti Pseudomonas flurescens (terdapat dalam kandungan pupuk hayati MiG
6PLUS) yang diaplikasikan pada permukaan bedengan secara merata saat tanaman berumur 15 hst.
−Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif.
•Cara kimia
−Memberi perlakuan benih sebelum ditanam dengan bakterisida selektif dan efektif.
−Apabila cara pengendalian lainnya tidak mampu menekan serangan layu bakteri sampai mencapai 5 %, aplikasi bakterisida selektif dan efektif sesuai dosis/konsentrasi yang direkomendasi.
Layu Fusarium
Penyebab : Cendawan (Fusarium solani)
a.Gejala
•Daun tampak layu dimulai dari daun bawah berkembang ke daun atas. kemudian menguning dan akhirnya mengering kecuali pucuk tetap berwarna hijau dan pertumbuhan tanaman tidak normal.
•Batang tanaman yang terserang, bila dipotong akan tampak kambiumnya berwarna coklat. Warna coklat serupa kadang dijumpai juga pada pembuluh tangkai daun.
•Pada tanah basah atau dingin, batang di bawah permukaan tanah menjadi busuk, tanaman layu dan mati.
Pengendalian
•Cara kultur teknis
•Cara fisik dan mekanis
•Cara biologis
−Memanfaatkan musuh alami patogen antagonis, seperti Trichoderma sp.
−Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif.
•Cara kimia
−Memberi perlakuan benih sebelum ditanam dengan fungisida selektif dan efektif.
−Apabila cara pengendalian lainnya tidak mampu menekan serangan layu fusarium sampai mencapai 5 %, aplikasi fungisida selektif dan efektif sesuai dosis/konsentrasi yang direkomendasi.
3.Virus Daun Menggulung
Penyebab : Virus (Potato Leaf Roll VirusIPLRV)
Gejala
•Daun yang terserang menggulung ke bagian atas mulai dari tepi ke arah ibu tulang daun dan batang menyerupai tabung, warna daun menguning atau mengalami klorosis, Daun dan batang tanaman yang sakit menjadi pucat dan kurus serta batang mengecil.
Pengamatan
•Pengamatan dilakukan pada 5 % populasi tanaman, jika di pertanaman terdapat gejala serangan.
Pengendalian
•Cara kultur teknis
•Cara fisik dan mekanis
•Cara biologis
−Memanfaatkan musuh alami patogen antagonis dengan selektif dan efektif.
−Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif.
•Cara kimia
Aplikasi pestisida selektif dan efektif sesuai dosis/ konsentrasi yang direkomendasi